26.1 C
Jakarta
Senin, 18 November, 2024

Berita Fintech Indonesia: Suku Bunga Naik, P2P Lending Waspada

JAKARTA, duniafintech.com – Berita fintech Indonesia kali ini akan membahas adanya tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Pasalnya, hal itu ditengarai  mulai membuat industri fintech P2P Lending waspada. Penyebabnya, meski barangkali tidak berdampak langsung terhadap industri fintech P2P Lending, tetapi industri ini mulai waspada karena pendana mereka, atau yang kerap disebut sebagai lender, berasal dari bank maupun multifinance.

Menukil laporan Kontan, Rabu (12/10/2022), kondisi ini dapat memunculkan kemungkinan bahwa lender mengharapkan imbal hasil yang besar, sedangkan bunga pinjaman fintech P2P lending dibatasi hanya 0,4% per hari. Artinya, para pemain fintech p2p lending mesti melakukan upaya-upaya untuk mengatasi dampak tersebut, sebelum pada akhirnya banyak yang berguguran seperti kondisi tahun lalu.

Hal itu karena sepanjang tahun lalu ada 47 fintech yang berguguran dengan berbagai alasan. Sekalipun demikian, dari sisi penyaluran pinjaman baru, industri fintech lending masih mencatatkan pertumbuhan sekitar 28,50% secara tahunan per Agustus 2022. Nilainya sudah mencapai Rp19,22 triliun.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Sebelum Pinjam, Cek Legalitas Pinjol

Berita Fintech Indonesia: Pemain P2P Lending Harus Cari Banyak Pemberi Pinjaman

Adapun menurut CEO Akseleran, Ivan Nikolas Tambunan, yang diperlukan oleh para pemain fintech P2P lending saat ini adalah mencari banyak pemberi pinjaman sehingga tidak bergantung pada satu sumber.

“Ke depannya, dari lender mungkin ada ekspektasi untuk naikkan suku bunga mereka. Dalam hal demikian, tentu kami jadi harus naikkan bunga juga ke peminjam,” katanya.

Meski demikian, ia memandang bahwa melihat efeknya tidak akan besar sebab bunga fintech ke borrower sudah ada margin dan kalau dinaikkan maka bisa tidak kompetitif lagi. Maka dari itu, ia menyebut bahwa Akseleran tidak akan menaikkan bunga pinjamannya.

Ia bilang, untuk saat ini, lender masih bisa mendapatkan imbal hasil sekitar 10,5% per tahun. Ditambah sumber pemberi pinjaman yang terdiversifikasi dengan 200.000 lebih pemberi pinjaman retail dan belasan pemberi pinjaman institusi.

“Harapannya kami bisa terus dapatkan sumber dana yang kompetitif,” sebutnya.

berita fintech indonesia

Berita Fintech Indonesia: Pemain Fintech Mulai Bersiap

Di lain sisi, CEO Danain, Budiardjo Rustanto, menyatakan bahwa pihaknya tengah mempersiapkan dampak dari kenaikan suku bunga sehingga masih melakukan penghitungan agar sebagai platform dapat tetap kompetitif, baik dari sisi lender maupun borrower.

“Otomatis kalau bunga lender naik maka bunga ke peminjam juga akan naik. Sekarang, bunga ke lender berkisar 8%—10% per tahun,” tuturnya.

Hampir senada, Co-Founder dan juga CEO Modalku, Reynold Wijaya, menyebut bahwa pihaknya masih terus aktif melakukan pengawasan dan evaluasi secara ketat terkait dengan penyesuaian tersebut. Adapun harapannya, minat pendana terjaga sebab dianggap masih kompetitif dengan kisaran bunga.

Untuk diketahui, secara umum, lender di Modalku saat ini dapat memperoleh tingkat bunga sekitar 10—17% per tahunnya, bergantung dengan preferensi dan toleransi risiko masing-masing pemberi pinjaman.

Dikatakan Direktur Eksekutif Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Kuseryansyah, kenaikan suku bunga acuan BI ini belum akan berdampak langsung untuk saat ini. Adapun alasannya, lender-lender dari bank tentunya memiliki beberapa kontrak yang memang belum berakhir.

“Kalau sekarang langsung dinaikkan ya pasti nanti dampak juga ke segmen, disbursement,” ujarnya.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: Ada Pesan Penting dari OJK buat Fintech!

Kata dia, meskipun saat ini lender dari bank juga cukup besar, ia berharap lender ritel juga mengalami kenaikan. Sehingga, ada diversifikasi pendanaan dari industri ini. Kalau nantinya bunga lender meningkat maka yang perlu mendapat perhatian ialah keberhasilan pengembalian dana untuk para lender ini, mengingat masih ada beberapa fintech P2P lending yang memiliki TKB90 di bawah 95%.

Tentang TKB90

Untuk diketahui, TKB90 adalah tingkat keberhasilan penyelenggara dalam memfasilitasi penyelesaian kewajiban pinjam meminjam dalam jangka waktu hingga 90 hari sejak tanggal jatuh tempo atau kerap dikenal TKB90.

Ambil contoh, fintech P2P Lending iGrow yang memiliki TKB90 di level 93,71%. Ditambah, sudah banyak keluhan lender iGrow yang menghiasi kolom komentar aplikasi iGrow di Playstore karena tidak mendapatkan pengembalian dana.

Menurut Juru Bicara iGrow, Maretha, peminjam di iGrow yang bergerak di sektor pertanian memang mengalami beberapa kendala seperti cuaca yang tidak menentu, hama, kenaikan ataupun harga yang turun di pasaran sehingga mengalami keterlambatan bayar.

“Beberapa proyek pendanaan sudah kami sampaikan solusinya melalui fitur informasi di aplikasi iGrow. Sedangkan untuk proyek lainnya masih dalam tahap penyelesain masalah dan verifikasi oleh tim collection kami,” ujarnya.

Sebelumnya, Kusersyansyah juga pernah bilang kondisi ini bisa menjadi alasan terkait kebutuhan bersama perlunya asuransi atau penjaminan atas pinjaman. Pasalnya, selama ini penyelenggara bisa menawarkan opsi pinjamannya untuk di kaver asuransi atau penjaminan.

“Ini juga akan menjadi learning bagi platform terkait keandalan credit scoring-nya,” tuturnya.

Sekian ulasan tentang berita fintech Indonesia yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat.

Baca juga: Berita Fintech Indonesia: AFSI Dukung Penguatan Fintech Syariah

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com.

Iklan

mau tayang di media lain juga

ARTIKEL TERBARU