JAKARTA, duniafintech.com – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman mengungkapkan bahwa rencana pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) sangat berpotensi mempengaruhi pemulihan dan laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Pasalnya, kenaikan harga-harga yang diatur oleh pemerintah seperti TDL dan juga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi akan menggerus daya beli masyarakat, sehingga membuat akselerasi pertumbuhan ekonomi berjalan lambat.
“Harga yang diatur pemerintah, yaitu listrik dan BBM, itu mulai naik Pertamax kemarin, listrik juga akan naik sehingga harus diwaspadai karena akan menggerus daya beli,” katanya dalam webinar, Rabu (11/5).
Baca juga: Berapa Penghasilan YouTuber? Simak di Sini Cara Menghitungnya
Dia menjelaskan, kenaikan harga energi ini akan mempengaruhi terutama biaya untuk industri pengolahan seperti adanya kenaikan biaya produksi dan biaya distribusi. Hal ini menurutnya perlu diantisipasi pemerintah sehingga tidak berdampak luas terhadap perekonomian.
“Ini perlu diantisipasi pemerintah bagaimana ini bisa diatur, baik dari kenaikan harga bbm dan listrik,” ujarnya.
Terlebih lagi, Rizal menuturkan pemerintah juga telah mengurangi jatah subsidi listrik dari Rp61,5 triliun berdasarkan outlook 2021 menjadi Rp56,5 triliun dalam RAPBN 2022.
Tak hanya itu, ia menyebutkan berdasarkan pengalaman kenaikan TDL pada 2013 juga membuktikan bahwa kebijakan tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Rizal menjelaskan kenaikan TDL akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga yang merupakan kontributor utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu lebih dari 60%.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I tahun ini pun belum mencapai 5% padahal dibutuhkan pertumbuhan di atas 5% untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%.
Baca juga: Deretan Bank dengan Bunga Deposito Tertinggi 1, 3, hingga 12 Bulan
Secara rinci, Rizal mengestimasikan penerapan tarif adjustment pelanggan nonsubsidi akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga sebesar minus 0,2% dan terhadap PDB sebesar 0,11%.
โIni akan sangat signifikan dalam pencapaian target asumsi makro. Dampak perubahan TDL terjadi fluktuasi. Perubahan tarif di 2013 pun justru menurunkan konsumsi dan ini sudah terjadi,โ ucapnya.
Menurutnya, dampak kenaikan sektor energi ini perlu diantisipasi ke depan, termasuk juga tantangan inflasi yang meningkat seiring dengan gejolak politik global. Hal ini untuk menjaga target pertumbuhan ekonomi tetap berada di jalurnya, yaitu 5,2% sesuai APBN.
“Namun kita perlu waspada, kita perlu mengakselerasi dan mengatasi tantangan ekonomi di triwulan berikutnya seperti tantangan inflasi, pengaruh inflasi global ke Indonesia melalui perdagangan karena bahan baku untuk industri pengolahan kita banyak yang masih diimpor,” tuturnya.
Baca juga: Simak Yuk! Inilah 16 Tips Bisnis Frozen Food Rumahan untuk Pemula
Penulis: Nanda Aria
Editor: Rahmat Fitranto