JAKARTA, duniafintech.com – Meta uang merupakan perusahaan induk Facebook dalam membangun proyek metaverse dinilai belum jelas hasilnya. Padahal bukan sedikit dana yang digelontorkan.
Perusahaan teknologi Meta Platform Inc. Ini dilaporkan telah menghabiskan dana 1 miliar dollar AS atau setara Rp 14,8 triliun tahun ini guna membuat metaverse menjadi kenyataan.
Meta sendiri mengungkapkan dana tersebut di antaranya digunakan untuk membuat ekosistem metaverse, seperti membuat perangkat produk Augmented Reality (AR) dan Virtal Reality (VR) milik perusahaan.
Padahal, ekosistem metaverse Meta diprediksi butuh waktu yang masih lama. Melansir kompas.com, Executive Producer Meta, Ruth Bram mengatakan kalau Meta ingin benar-benar mewujudkan metaverse, maka dibutuhkan waktu sekitar satu dekade atau 10 tahun.
Baca juga: Memudahkan Manusia, Ini Dampak Metaverse Dalam Dunia Kerja
Waktu tersebut bakal dipakai untuk mengembangkan perangkat lunak (software) dan keras (hardware), guna mendukung dunia virtual yang baru, yang digadang-gadang menjadi generasi berikut dari internet.
“Masih banyak yang harus dikerjakan, baik dari aspek hardware maupun software. Dan mungkin perlu waktu lima hingga sepuluh tahun untuk mewujudkannya sepenuhnya,” kata Bram dikutip, Kamis (4/8/2022).
Dana yang digelontorkan Meta sendiri beberapa di antaranya digunakan untuk proyek membuat perangkat ekosistem metaverse, seperti headset VR.
Masih merugi
Meski telah menggelontorkan dana besar-besaran, divisi terpenting yang bertanggung jawab atas produksi barang VR dan AR Meta, yaitu Divisi Reality Labs Meta, tercatat mengalami kerugian yang cukup besar.
Sebagaimana dihimpun dari PC Gamer, Senin (1/8/2022), divisi tersebut merugi 10 miliar dollar AS (Rp 148,7 triliun) pada 2021 lalu, dan selama enam bulan terakhir ini, kerugiannya tercatat lebih dari 6 miliar dollar AS (Rp 89,2 triliun).
Tidak sampai di sana, laporan keuangan Meta pada kuartal II-2022 juga tercatat mengalami penurunan untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Baca juga: Banyak yang Belum Tahu, Ini Metaverse yang Berkembang Pesat
Di dalam laporan tertulis kalau total pendapatan Meta berada di angka 28,8 miliar dollar AS (berkisar Rp 430,4 triliun), telah turun 1 persen dari periode yang sama di 2021 lalu yang sebesar 29 miliar dollar AS (sekitar Rp 433,4 triliun).
Sejauh ini, terdapat beberapa alasan yang berkaitan dengan kemerosotan pendapatan Meta, seperti fitur Reels yang belum bisa dimaksimalkan sepenuhnya, atau kebijakan Apple yang menghambat Meta melacak kebiasaan penelusuran pengguna internet, dan sebagainya.
Menurut laporan PC Gamer, hal yang justru harus disorot saat ini bukanlah penurunan pendapatan, atau kerugian yang dialami Divisi Reality Labs, melainkan biaya produksi dari AR dan VR milik perusahaan.
Keuntungan dari produk headset VR Quest 2 tersebut masih belum diketahui dengan jelas. Memang, headset tersebut merupakan produk VR yang memupuni untuk bermain game, tetapi hal tersebut dianggap “kurang relevan”.
Harga headset VR Meta juga mengalami kenaikan. Oculus Quest 2 misalnya, yang diluncurkan pada September 2020 lalu. Meski headset tersebut sudah berusia satu tahun, Meta menaikkan harga jualnya 100 dollar AS (Rp 1,48 juta) lebih mahal.
Rincian harganya untuk headset model 128 GB naik dari 299 dollar AS menjadi 399 dollar AS, sedangkan model 256 GB naik dari 399 dollar AS menjadi 499 dolar AS. Tidak diketahui apakah kenaikan harga tersebut dilakukan untuk menutup pengeluaran Meta.
Baca juga: Jangan Ragu, Begini Dasar Hukum Investasi Kripto yang Perlu Dipahami
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com.
Penulis: Kontributor/Panji A Syuhada