duniafintech.com – Sebagai perusahan fintech p2p lending, Modalku bagikan strategi mitigasi resiko untuk antisipasi dampak Covid-19 dengan menerapkan prinsip responsible lending bagi pelaku UMKM. Melihat situasi saat ini, pemerintah telah memerintahkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melonggarkan relaksasi kredit bagi pelaku UMKM dengan nilai kredit di bawah Rp10 miliar untuk para pelaku pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Karena itu, startup fintech lending tengah menyiapkan beberapa Langkah strategi mitigasi resiko terutama kemungkinan rasio kredit macet (NPL) meningkat. Bagi perusahaan, prinsip ini adalah asas operasi Modalku dalam melakukan penilaian terhadap UMKM peminjam dan kemampuan finansial mereka untuk melunasi pinjaman. Modalku juga memiliki tanggung jawab terhadap para pemberi pinjaman yang turut mendukung perkembangan UMKM.
Co-Founder & CEO Modalku, Reynold Wijaya, mengatakan dalam siaran pers bahwa โKami telah memantau perkembangan virus COVID-19 sejak Januari 2020. Dinamika perekonomian yang sedang terjadi mempengaruhi kondisi bisnis para UMKM di sektor tertentu yang menjadi peminjam di Modalku. Strategi pertumbuhan kami saat ini fokus kepada UMKM beserta jaringannya dan berdiskusi untuk menemukan solusi yang terbaik dalam mendukung kelangsungan perkembangan bisnis UMKM di Indonesia.โ
Baca Juga:
- AFPI: Potensi Kredit Bermasalah Belum Tampak Selama COVID-19
- Alipay Buka Platform Bagi 40 Juta Penyedia Layanan di Penjuru Tiongkok
- Kiat Atur Keuangan untuk Bertahan di Tengah Pandemi Corona
Tiga Langkah Strategi Mitigasi Resiko untuk UMKM
Sebagai bagian dari ekosistem keuangan di Indonesia Modalku bagikan strategi mitigasi resiko untuk antisipasi dampak penyebaran virus corona. Modalku menerapkan beberapa strategi untuk memantau dan mengelola risiko pada portofolio dalam beberapa waktu ke depan.
Pertama, menerapkan proses seleksi yang lebih komprehensif terhadap calon peminjam maupun UMKM yang sudah menjadi peminjam di Modalku. Ada beberapa industri yang menjadi perhatian Modalku dalam menilai pengajuan pinjaman. Di antaranya kuliner (food & beverage), perjalanan (travel), perdagangan lintas negara, dan industri jasa yang bergantung pada tenaga kerja dari negara-negara yang terkena dampak pandemi di Asia Tenggara.
Kedua, Modalku akan bereaksi lebih cepat terhadap perubahan kondisi ekonomi makro dengan menyesuaikan batas jumlah atau limit, serta jangka waktu pinjaman. Angka limit dan tenor akan disesuaikan dengan jenis pinjaman dan profil bisnis masing-masing UMKM. Maka, penyesuaian dilakukan per kasus.
Ketiga, memaksimalkan kolaborasi dengan platform e-commerce yang sebagian besar penjualnya masuk ke dalam segmen mikro. Sebab, para penjual di e-commerce justru memiliki peluang lebih di tengah pandemi corona.
(DunianFintech/VidiaHapsari)