JAKARTA, duniafintech.com โ Penyebab startup kena badai PHK menjadi penting diketahui di tengah badai PHK yang marak terjadi saat ini.
Seperti diketahui, saat ini badai PHK alias pemutusan hubungan kerja karyawan sudah terjadi secara global, termasuk di Indonesia. Langkah PHK ini pun menjalar hingga ke perusahaan rintisan (startup), di samping ikut menimpa perusahaan besar.
Lantas, apa saja penyebabnya? Berikut ini laporan selengkapnya, seperti dirangkum dari CNBC Indonesia, Rabu (14/12/2022).
Baca juga: Perusahaan Startup PHK Karyawan, OYO Pecat 600 Karyawan
Kurang Pengetahuan di Sektor Riil Jadi Penyebab Startup Kena Badai PHK
Menurut ekonom senior Indef, Aviliani, PHK yang marak terjadi belakangan ini di kalangan perusahaan startup disebabkan oleh kurangnya pengetahuan di sektor riil dan tidak punya ekosistem bisnis yang baik.
Ia pun berpandangan, perencanaan yang kurang matang dalam membangun bisnis akan membuat bisnis sulit bertahan, apalagi di situasi yang tidak pasti seperti sekarang.
“Startup ini kan sering kali mereka berbicara tentang cari data sebanyak-banyaknya, habis itu IPO habis itu nggak tahu ngapain. Itu karena mereka nggak punya basic sektor riilnya, dia tuh hanya sebagai ibaratnya di riilnya dia tuh punya mall tapi online. Jadi, yang dijual apa aja, dia dapat fee dari situ. Kalau cuma dapet fee, kalo dia transaksinya nggak banyak, dia nggak bisa bayar gaji karyawan. Makanya nggak heran kalau sekarang banyak PHK, bakar duitnya udah selesai,” ucapnya dalam Indef School of Political Economy Jurnalisme Ekonomi.
Dalam pengamatannya, pemberian diskon besar-besaran yang banyak dilakukan oleh startup untuk menggaet konsumen, tidak akan mampu membuat konsumen bertahan.
Maka dari itu, dirinya menyarankan perusahaan untuk membangun ekosistem yang baik supaya mampu bertahan.
“Makanya seperti bank digital, seperti e-commerce itu, harus punya ekosistem. Kalau nggak punya ekosistem nggak akan bisa survive karena dia nggak akan bisa kasih diskon sepanjang masa,” jelasnya.
Ditambahkannya, dari banyaknya kejadian PHK ini, startup bisa belajar bahwa tidak cukup hanya berpikir untuk menolong masyarakat dalam hal digitalisasi.
Pasalnya, startup pun mesti mempertimbangkan keberlanjutan kualitas produk yang dihasilkan sebagai salah satu upaya mempertahankan konsumen.
Bukan itu saja, dalam membentuk ekosistem bisnis, ia menilai bahwa penting sekali untuk memberikan pembimbing sepanjang masa yang bisa membimbing para produsen dalam menjalankan bisnis mereka.
Kemudian, ia juga berpesan supaya perusahaan selalu melakukan inovasi, melihat ancaman menjadi peluang, dan menjadi fleksibel dalam segala situasi.
Bagian dari Strategi dan Perubahan Bisnis โ Penyebab Startup Kena Badai PHK
Sementara itu, Managing Partner Indogen Capital, Chandra Firmanto, memandang bahwa badai PHK yang sedang terjadi ini menjadi bagian dari strategi dan perubahan bisnis perusahaan menghadapi tantangan dunia usaha sekaligus demi meraih nilai ekonomi yang sehat.
Ia berpandangan, perusahaan startup membuat proyeksi bisnis yang agresif pada tahun 2022, apalagi setelah masa pandemi pada tahun 2020.
Baca juga: Perusahaan Startup PHK Karyawan Makin Marak, Bekali Diri Kalian dengan Tips ini Ya!
“Pada 2020 ke 2021 terjadi peak boom setelah pandemi Covid-19 diperkirakan terkendali. Pada waktu itu otomatis semua booming, terutama startup. Sehingga para perusahaan banyak membuat proyeksi di 2022 sangat agresif,” katanya dalam Tech Conference CNBC Indonesia, beberapa waktu lalu.
Proyeksi bisnis itu, sambungnya, kemudian tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi sebab kondisi market kembali ke posisi normal, yakni sebelum pandemi Covid-19 terjadi di 2019.
“Jadi kalau kita bandingkan antara 2021 dan 2022 itu sebenarnya 2022 lebih baik dibandingkan 2019 sebelum Covid-19. Jadi sebetulnya posisinya hanya back to normal yang ternyata terjadinya karena overconfident,” jelasnya.
Dalam pengamatannya, kondisi yang berlangsung sekarang menjadi hal positif bagi perusahaan startup. Pasalnya, mereka lebih memperhatikan unit economics, seperti pendapatan dan sebagainya.
“Sebenarnya yang terjadi antara 2020 dan 2021 ada satu hal yang positif di mana startup sangat memperhatikan unit economics. Inilah yang akan menciptakan perusahaan yang sehat, yang apabila nantinya listing (IPO), akan memberikan confident lebih besar ke investor,” tutupnya.
Jurus Startup Bertahan di saat Ekonomi Sulit
Disampaikannya, perusahaan startup sebetulnya masih berpeluang untuk dapat bertahan dan tetap mencatat pertumbuhan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, kata dia, yakni menjaga arus cash flow supaya keuangan perusahaan tetap sehat.
“Pertama itu cashflow masih sehat. Jadi keuangan perusahaan sehat. Mesti punya 18 bulan cashflow minimal. Kalau bisa 24 bulan,” katanya.
Kemudian, ujarnya, perusahaan startup pun perlu menciptakan real bisnis. Artinya, perusahaan harus mampu mencari peluang meraih revenue/pendapatan yang berkelanjutan.
“Jadi tidak cuma dapat user. Tapi juga revenue masih bisa didapatkan,” tegasnya.
Berikutnya, dengan menjaga eksistensi perusahaan dan memperhatikan profit margin perusahaan.
“Poin-poin inilah yang membuat berhubungan dengan efisiensi ataupun PHK. Sayang sekali itulah yang terjadi.Tapi sekali lagi tidak di semua perusahaan. Hanya di perusahaan yang waktu bikin bisnis plan pada saat itu terlalu agresif,” tandasnya.
Sekian ulasan tentang penyebab startup kena badai PHK yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat.
Baca juga: PHK Massal Akibat Bakar Duit Terlalu Banyak, Perusahaan Startup Salahkan Resesi Ekonomi
Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com