DuniaFintech.com – Setiap generasi memiliki karakter yang unik. Karakter yang berbeda-beda itu tidak hanya terlihat dari selera musik, fashion, atau hobi saja, tetapi juga tercermin dari aspek yang lebih luas. Misalnya, pilihan profesi, atau bahkan perbedaan setiap generasi dalam mengelola keuangan.
Perbedaan semacam itu juga terlihat jika kita membandingkan mereka yang termasuk dalam angkatan baby boomer, atau mereka lahir di antara tahun 1943 sampai 1960, dengan mereka yang kerap disebut generasi milenial, atau mereka yang lahir di antara tahun 1981 sampai 1994.
William Strauss dan Neil Howe dalam bukunya yang berjudul Generations: The History of Americaโs Future, 1584 to 2069, menyimpulkan bahwa ada lima generasi dalam kurun waktu seratus tahun terakhir. Sebenarnya ada perbedaan setiap generasi dalam mengelola keuangan. Mari kita jabarkan satu per satu.
1. Generasi Baby Boomers (1946-1964)
Lahir setelah masa perang dunia ke-2, generasi ini cenderung hidup mandiri dan pekerja keras. Alih-alih bergantung pada orang tua, generasi Baby Boomers justru mencari uang untuk keluarganya. Artinya, mereka bekerja keras untuk mensejahterakan anak-anaknya.
Generasi ini sangat aware terhadap keturunannya, mereka tidak ingin anak-anaknya merasakan kesusahan yang dirasakannya saat masa perang dulu. Oleh karena itu, mereka cenderung menghabiskan penghasilannya untuk membeli tanah, rumah, kendaraan dan sisanya ditabung sebagai warisan untuk anaknya nanti.
2. Generasi X (1965-1976)
Lahir dari keturunan generasi Baby Boomers yang terkenal sebagai pekerja keras demi membahagiakan keturunannya, generasi X yang lahir di tahun 1965-1976 juga masih mengadopsi karakter orang tuanya yang mencari uang demi membahagiakan keluarga. Bedanya, generasi ini mulai akrab dengan investasi dan juga memiliki jiwa pengusaha.
Selain itu, orang yang terlahir di generasi X mulai sadar akan pentingnya dana pensiun. Berkaca dari generasi sebelumnya yang sama sekali belum sadar akan hal tersebut. Mereka cenderung menggunakan uang yang dimiliki untuk modal usaha, biaya anak, membeli kendaraan dan membeli properti.
Baca Juga:
- 5 Langkah untuk Menjadi Kaya Raya ala Miliarder Dunia, ini Rahasianya!
- Masih Bingung Siapkan Dana Darurat untuk Kebutuhan Keluarga? Ikuti Cara Sederhana Ini
- Waspada Fenomena Konsumerisme di Indonesia, Ini Dampak Negatifnya!
3. Generasi Y (1977-1995)
Generasi Y atau generasi milenial lahir di saat kemajuan teknologi sedang berkembang (1977-1995). Mereka cenderung bergantung kepada teknologi (tech-savvy). Karena terlahir di era globalisasi serta bergantung pada gadget dan internet, generasi ini cenderung memiliki sifat konsumtif untuk membeli paket internet, atau bahkan membeli gadget keluaran terbaru.
Beruntung, generasi millenial mendapatkan pendidikan yang lebih layak dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Pendidikan inilah yang kemudian jadi filter dari banyaknya pengaruh buruk globalisasi. Mereka cenderung dikenal ambisius dalam bekerja. Di samping bekerja kantoran, sebagian dari mereka memilih membuka bisnis sendiri untuk menuju kesuksesan.
4. Generasi Z (1966-2010)
Lahir di tahun 1996-2010, sejak kecil generasi ini sudah akrab dengan teknologi dan internet dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Akrab dengan media sosial, generasi Z lebih suka mencari popularitas dengan aktif di berbagai sosial media, misalnya Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube. Selain itu, mereka juga akrab dengan banyak inovasi bisnis yang menggabungkan teknologi dan bisnis, misalnya toko online.
5. Generasi Alpha (2011-Sekarang)
Generasi Alpha adalah mereka yang lahir di era teknologi bukan lagi menjadi hiburan semata, melainkan sudah menjadi sebuah kebutuhan. Situasi ketergantungan teknologi pada generasi Alpha membuat generasi ini paling transformatif dibandingkan generasi sebelumnya. Saat ini, masih belum bisa diprediksi watak mereka dalam bekerja dan bagaimana kecenderungannya menghabiskan uang.
Itulah perbedaan setiap generasi dalam mengelola keuangan, Karenanya, perlu ada solusi finansial yang tepat untuk kebutuhan masing-masing generasi. Satu yang memahami perbedaan tersebut dan dapat memberi solusi finansial yang tepat untuk mereka.
(DuniaFintech/VidiaHapsari)