duniafintech.com – Beberapa minggu ke belakang, Anda yang aktif di media sosial pasti tak asing dengan nama Bowo Alpenliebe. Remaja 13 tahun itu disebut sebagai idola baru yang hadir dari aplikasi berbagi video, Tik Tok di Indonesia.
Sebagai negara dengan pengguna internet aktif yang cukup tinggi, aplikasi asal China ini memiliki pengguna aktif bulanan sebanyak 10 juta. Dengan pengguna sebanyak itu, tak heran jika keputusan Menkominfo memblokir Tik Tok di Indonesia langsung menuai reaksi, tak hanya dari pengguna tapi juga dari petinggi Tik Tok di China.
Fenomena Tik Tok bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia terutama kawasan Asia. Hingga Juni lalu, pengguna aktif Tik Tok di dunia tercatat mencapai 150 juta. Sepanjang kuartal pertama (Q1) 2018, Tik Tok mengukuhkan diri sebagai aplikasi paling banyak diunduh yakni 45,8 juta kali. Ini sekaligus mengalahkan aplikasi populer lain seperti WhatsApp, YouTube, Facebook Messenger, dan Instagram.
Baca juga: Bittrex dan Invest Rilis Digital Exchanger
Laporan Konten Negatif Berujung Pemblokiran
Popularitas Tik Tok di Indonesia ini nyatanya tidak membuat semua orang senang. Kominfo menyebut bahwa selama sebulan terakhir, beradasarkan pemantauan dan laporan masyarakat, aplikasi tersebut telah disalahgunakan untuk berbagai tujuan negatif. Beberapa laporan yang masuk menyebutkan adanya fenomena pornografi, asusila, LGBT hingga pelecehan agama dan fitnah. Selain dari masyarakat, laporan juga datang dari Komisi Perlindungan Anai (KPAI).
Kominfo pun melakukan komunikasi dengan KPAI, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan dengan pertimbangan tersebut, Tik Tok akhirnya resmi ditutup. Langkah ini pun akhirnya membuat petinggi Tik Tok datang langsung ke Indonesia.
Setelah melakukan diskusi dengan petinggi Tik Tok, Kominfo meminta mereka untuk menangani konten negatif di dalam platformnya, serta menyampaikan bahwa Tik Tok harus mengikuti peraturan Indonesia dan harus memiliki tim monitoring serta pusat monitoring yang berada di Indonesia jika memang blokir dibuka kembali.
“Setelah bersih dan ada jaminan untuk menjaga kebersihan kontennya, Tik Tok bisa kami buka kembali,” ungkap Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara.
Baca juga: Perusahaan Telekomunikasi Kerjasama Blockchain Fintech
Pembuatan Konten Edukasi
Untuk mengatasi masalah konten negatif di Tik Tok, para petinggi perusahaan pun berencana menetap di Indonesia selama beberapa minggu ke depan. Langkah ini dilakukan untuk melakukan diskusi serta kolaborasi lebih jauh dengan pemerintah dan non pemerintah untuk menciptakan program edukasi.
“Kami akan membuat program baru yang berkolaborasi dengan pemerintah dan NGO untuk membuat program dengan konten tertentu yang lebih mengandung unsur edukasi bagi anak anak,” ungkap Senior VP Corporate Strategy Bytedance (pengembang Tik Tok) Zhen Liu, di kantor Kominfo, Jakarta Pusat, Rabu (4/7) lalu.
“Saya pikir kami akan diskusikan lagi dengan pemerintah. Kami akan menetap di Indonesia dalam beberapa minggu ke depan untuk membicarakan program ini,” lanjut Liu.Pembukaan Kantor Tik Tok di Indonesia
Selain melakukan penyaringan konten, pihak Tik Tok nampaknya menyambut permintaan Kominfo dengan rencana pembukaan kantor cabang di Indonesia.
Liu (SVP of Bytedance) mengatakan Tik Tok akan merekrut 20 pegawai baru untuk mengawal konten-konten yang beredar dan memastikan tidak ada video-video negatif di Tik Tok Indonesia. “Sampai akhir tahun ini kami targetkan akan ada 200 pegawai yang akan mengurus secara langsung masalah konten Tik Tok ini di Indonesia,” tambah Liu.
Kebijakan-kebijakan baru ini diharapkan akan menjadi jalan keluar agar Indonesia tetap memiliki media untuk menyalurkan kreativitas tanpa harus bersentuhan dengan hal-hal negatif.
Written by: Dita Safitri