duniafintech.com – Saham perusahaan besar AS yang menggunakan konsep leverage, memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk terlibat dalam proses transaksi dengan modal lebih kecil dan tingkat likuiditas yang sangat tinggi.
Wall Street, yang merupakan pasar saham Amerika Serikat dikabarkan menguat dan ditutup pada Senin, (4/6/2018). Hal ini pun bersamaan dengan Dow Jones Industrial Average yang kembali memasuki wilayah positifnya tahun ini dengan meningkat hingga 178,84 poin atau 0,72 persen ke level 24.813,69.
Baca juga :Â Bekraf Bawa Indonesia untuk Pertama Kalinya Hadir di MIDEM Prancis
Empat perusahaan yang termasuk dalam Dow Jones seperti Apple, Amazon, Microsot dan Netflix bahkan menyentuh level tertinggi mereka tahun ini.
Sementara untuk S&P 500, naik 12,25 poin atau 0,4 persen menjadi 2.746,87. Kemudian Nasdaq Composite melonjak 52,13 poin atau 0,69 persen menjadi 7.606,46.
Menguatnya indeks harga-harga saham Wall Street ini nampaknya dipengaruhi kondisi perdagangan saham dan laporan ketenaga kerjaan AS pada Jumat lalu yang sama-sama kuat.
AS berhasil mempekerjakan 223.000 pekerja pada bulan Mei, membuat tingkat pengangguran turun 3,8 persen. Angka ini adalah yang terendah setelah 18 tahun.
Baca juga :Â Status Aset Digital Di Indonesia Ditetapkan Bappebti
Dikutip melalui Foxbusiness, akhir pekan lalu, menteri-menteri yang berasal dari Canada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang dan Inggris menyuarakan kekhawatiran dan kekecewaan mereka terhadap keputusan AS untuk menerapkan tarif terhadap impor produk baja dan alumunium yang berasal dari Kanada, Uni Eropa, dan Meksiko.
Baca juga :Â Digital Asset Group dan GMEX Rilis Kolaborasi Blockchain dengan Konvensional
Kebijakan tarif dan perdagangan nampaknya akan mendominasi perbincangan dalam pertemuan pemimpin-pemimpin negara yang termasuk dalam G7 pada Jumat dan Sabtu besok di Kanada.
Sekedar informasi tambahan, permintaan pesanan pabrik di Amerika untuk bulan April 2018 lalu mengalami penurunan 0,8 persen, dimana angka ini lebih rendah dari yang telah diprediksi karena rendahnya permintaan terhadap armada pesawat terbang.
Disisi lain, untuk permintaan terhadap barang baru nampaknya meningkat tipis sebesar 1,7 persen pada bulan Maret 2018 jika dibandingkan dengan bulan lalu yang mengalami peningkatan 1,6 persen.
Selain itu, untuk harga minyak terkoreksi 1,6 persen atau 1,06 dollar AS menjadi 64,75 dollar AS per barel. Di bulan Maret, berdasarkan data yang tercatat oleh US Energy Informastion Administration, produksi minyak AS meningkat menjadi 10,47 juta barrel per hari.
Written by : Dinda Luvita
Picture : Pixabay.com