26.3 C
Jakarta
Kamis, 25 April, 2024

Ternyata Pemerintah Juga Berikan Subsidi Untuk Pertamax

JAKARTA, duniafintech.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan harga Pertamax sebesar Rp12.500 per liter yang beredar di masyarakat merupakan harga yang sudah diberikan subsidi oleh pemerintah.

Erick mengungkapkan bahwa harga BBM jenis Pertamax masih tergolong murah jika dibandingkan BBM setara Pertamax yang dijual oleh Shell seharga Rp 17.000 per liter. Menurutnya dengan besaran jumlah harga Pertamax tersebut, artinya pemerintah memberikan subsidi.

Begitu juga, dia menambahkan seperti harga jual BBM subsidi jenis Solar dan Pertalite, pemerintah telah memberikan subsidi yang sangat besar. Oleh karena itu, Erick mengaku dengan pemberian subsidi untuk Pertamax menjadi catatan penting bagi pemerintah.

“Jadi Pertamax sebenarnya disubsidi oleh pemerintah. Jadi kalau kita mengisi bensin Pertamax kok harganya murah, sebenarnya itu subsidi,” kata Erick. Jakarta, Rabu (24/8).

Baca juga: Sri Mulyani Bawa Kabar Tak Enak, Subsidi Energi Akan Bengkak? 

Kementerian Keuangan mengkhawatirkan anggaran untuk subsidi energi akan membengkak lantaran harga BBM dan volume penggunaan BBM subsidi merangkak naik.

Jika mengacu terhadap data PT Pertamina (Persero) saat ini penyaluran BBM subsidi jenis Pertalite sudah mencapai 16,8 juta kilo liter. Berarti tersisa untuk kuota BBM subsidi jenis Pertaliter hanya sebesar 6,2 juta kilo liter hingga akhir tahun, dari kuota yang ditetapkan sebesar 23 juta kilo liter. Artinya, untuk kuota BBM subsidi jenis Pertalite akan ditambah sehingga anggaran subsidi akan membengkak.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan dengan adanya penambahan anggaran untuk subsidi BBM akan disiapkan sebesar Rp502 triliun. Dia menilai jika mengacu APBN, harga minyak didasari dengan harga US$100 per barel. Apalagi harga minyak sempat menyentuh harga US$120 per barel.

Dia menambahkan dengan harga minyak dunia yang masih diatas asumsi pemerintah, kemudian dengan adanya kurs rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Sehingga akan membawa dampak terhadap APBN 2022 menjadi semakin tertekan.

“Kita akan menghadapi tekanan nilai tukar rupiah, deviasi harga minyak dan volume yang meningkat,” kata Sri Mulyani.

Baca juga: Soal Harga BBM Subsidi, Jokowi Minta Sri Mulyani Hitung Ulang Beban APBN

Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjelaskan saat penyusunan APBN, pemerintah menganggarkan harga minyak sebesar US$63 sampai US$70 per barel. Namun seiringnya waktu, harga minyak dunia mengalami kenaikan.

Terhitung bulan Januari hingga Juli, harga minyak dunia melambung menjadi US$105 per barel. Bahkan jika perhitungan minyak dunia mencapai US$100, pemerintah akan menggelontorkan subsidi sebesar Rp500 triliun.

“Jika harga minyak dikisaran US$100, apabila pemerintah tetap menahan harga. Pemerintah akan mengeluarkan dana subsidi sebesar Rp600 triliun,” kata Bahlil.

Dia menambahkan besaran Rp600 triliun, apabila asumsi kurs dolar berada di posisi Rp14.750 dan pemerintah menambah kuota Pertalite dari 23 juta kiloliter menjadi 29 juta kiloliter.

Menurutnya jika pemerintah mengeluarkan dana subsidi sebesar Rp600 triliun, besaran dana subsidi sudah setara dengan 25 persen total pendapatan APBN. Sehingga hal itu tidak menyehatkan APBN negara.

“Jadi tolong sampaikan kepada rakyat, rasa-rasanya untuk menahan terus dengan harga BBM seperti saat ini. Feeling saya, katakanlah siap-siap untuk kenaikan BBM,” kata Bahlil.

Baca juga: Jokowi Dilema Soal Kenaikan Harga BBM Subsidi

Baca terus berita fintech Indonesia dan kripto terkini hanya di duniafintech.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Iklan

ARTIKEL TERBARU

LANGUAGE