Duniafintech.com – Selama pandemi Covid-19, tingkat kejahatan digital mengalami peningkatan didorong dengan tingginya pemanfaatan internet dengan belajar dan bekerja dari rumah. CEO dan Pendiri Kaspersky, Eugene Kaspersky yang menegaskan diperlukannya kesadaran akan keamanan siber.
“Saat ini dunia menjadi sangat terhubung dan orang-orang menghabiskan banyak waktu di internet, baik bekerja maupun belajar dari rumah. Jadi keaman siber seharusnya menjadi prioritas,” ujar Eugene.
Pernyataan ini diperkuat oleh Commissioner of Cybersecurity and Chief Executive of the Cyber Security Agency (CSA) of Singapura, David Koh. Menurutnya, diperlukan campur tangan pemerintah dalam meningkatkan kesadaran tersebut.
Saat masyarakat beradaptasi dengan kondisi saat ini, tingkat kejahatan digital juga melakukan hal yang sama dan mengeksploitasi isu Covid-19 dengan berbagai tujuan. Jadi kita tidak tidak bisa benar-benar merasa aman saat berada di dunia maya. Hingga kini, pemerintah belum juga merampungkan rancangan undang-undang perlindungan data pribadi di mana akhirnya Indonesia memiliki aturan khusus yang mengatur tentang hal tersebut.
Meski sudah menjadi kepentingan yang tidak dapat dihindarkan, Indonesia masih belum memiliki aturan yang secara khusus mengatur tentang keamanan data pribadi. Masalah keamanan siber menjadi masalah yang tidak hanya dihadapi oleh Indonesia saja.
Baca Juga:
- Kaspersky: Tak Sedikit Pengguna Internet di Asia Tenggara Belum Melek Keamanan Digital
- Kaspersky: Transaksi Digital Kian Meroket, Bank Harus Hati-Hati
- Waspada! Kenali Tindak Kejahatan Siber Cybersquatting
Seluruh negara sekarang menghadapi tantangan siber di masa pandemi, tidak terkecuali di Indonesia apalagi populasinya luar bisa ditambah populasi anak mudanya juga demikian besar. Semua stakeholder harus saling berkolaborasi dengan baik demi mewujudkan kesadaran keamanan itu.
Tingkat kejahatan digital yang menyasar ke Indonesia bervariasi mulai dari pencurian data individu hingga serangan ke bisnis kecil hingga korporasi. Laporan Kaspersky sebelumnya menyebut bahwa Indonesia menjadi negara dengan jumlah serangan cryptojacking terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah terbanyak se-Asia Tenggara di periode 2019-2020.
Serangan terhadap korporasi yang berakibat pada bocornya data individu juga pernah terjadi beberapa kali di Indonesia. Platform waralaba daring Bukalapak mengalami kebocoran data sebanyak 13 juta penggunanya. Kemudian, platform waralaba Tokopedia juga mengalami kebocoran data sebanyak 91 juta penggunanya dan lebih dari tujuh juta merchantnya.
Di pidato Hari Kemerdekaan India beberapa hari lalu, Perdana Menteri India mengangkat topik keamanan siber dan pengaruhnya terhadap aspek kehidupan. Hal ini tentunya bisa dengan cepat dan mudah mendapatkan perhatian dari masyarakat.
Chief Cyber Cybersecurity Strategist di NTT Corporation, Mihoko Matsubara menegaskan bahwa pembekalan kemampuan tentang pencegahan dan penanganan keamanan siber untuk bekerja di rumah sangat dibutuhkan. Ada 40 persen perusahaan di Asia Pasifik yang belum menjadikan ini sebagai pelatihan khusus, klaim Mihoko.
(DuniaFintech/VidiaHapsari)